Buku siswa 2024
Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti
Belajar bukan sekedar untuk tahu, melainkan dengan belajar
seseorang tumbuh menjadi baik dan berubah serta dapat mengubah
keadaan. Begitulah Kurikulum 2013 dirancang agar tahapan pembelajaran
memungkinkan peserta didik berkembang dari proses menyerap
pengetahuan dan mengembangkan keterampilan hingga memekarkan
sikap serta nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Pembelajaran agama diharapkan tidak hanya menambah wawasan
keberagamaan, tapi juga mengasah “keterampilan beragama” dan
mewujudkan sikap beragama peserta didik. Tentu saja sikap beragama yang
utuh dan berimbang, mencakup hubungan manusia dengan sang Pencipta
dan hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya. Untuk
itu, pendidikan agama perlu diberi penekanan khusus terkait dengan
pembentukan budi pekerti yang luhur, antara lain: kesantunan dalam
berinteraksi, kejujuran, kasih sayang, kebersihan, kedisiplinan, intelektual,
kreativitas dan lain-lain.
Sekedar contoh, di antara nilai budi pekerti dalam ajaran Agama
Khonghucu antara lain dikenal dengan Wuchang (lima sifat kekekalan/
mulia),Wulun (lima hubungan sosial), dan Bade (delapan kebajikan).
Mengenai Wuchang, Kongzi menegaskan bahwa siapa dapat memasukkan
lima hal ke dalam kebiasaan dimanapun di bawah langit akan menjadi orang
yang berbudi luhur. Saat ditanya apa saja kelima hal tersebut, ia menjawab,
“Kesopanan, kemurahan hati, kesetiaan, ketekunan, dan kebaikan hati”.
Bila kamu berlaku sopan, kamu tidak akan dihina; bila kamu murah hati,
kamu akan memenangkan orang banyak; bila kamu setia, orang lain akan
mempercayaimu; bila kamu tekun, kamu akan berhasil; dan bila kamu
baik hati, kamu akan memimpin orang lain.” (Lunyu XVIII:6)
Buku Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Luar
Biasa Kelas X Tunadaksa dan Tunanetra ditulis dengan semangat itu.
Pembelajarannya dibagi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang harus
dilakukan peserta didik dalam usaha memahami pengetahuan agamanya
dan diaktualisasikan dalam tindakan nyata dan sikap keseharian.
seseorang tumbuh menjadi baik dan berubah serta dapat mengubah
keadaan. Begitulah Kurikulum 2013 dirancang agar tahapan pembelajaran
memungkinkan peserta didik berkembang dari proses menyerap
pengetahuan dan mengembangkan keterampilan hingga memekarkan
sikap serta nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Pembelajaran agama diharapkan tidak hanya menambah wawasan
keberagamaan, tapi juga mengasah “keterampilan beragama” dan
mewujudkan sikap beragama peserta didik. Tentu saja sikap beragama yang
utuh dan berimbang, mencakup hubungan manusia dengan sang Pencipta
dan hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya. Untuk
itu, pendidikan agama perlu diberi penekanan khusus terkait dengan
pembentukan budi pekerti yang luhur, antara lain: kesantunan dalam
berinteraksi, kejujuran, kasih sayang, kebersihan, kedisiplinan, intelektual,
kreativitas dan lain-lain.
Sekedar contoh, di antara nilai budi pekerti dalam ajaran Agama
Khonghucu antara lain dikenal dengan Wuchang (lima sifat kekekalan/
mulia),Wulun (lima hubungan sosial), dan Bade (delapan kebajikan).
Mengenai Wuchang, Kongzi menegaskan bahwa siapa dapat memasukkan
lima hal ke dalam kebiasaan dimanapun di bawah langit akan menjadi orang
yang berbudi luhur. Saat ditanya apa saja kelima hal tersebut, ia menjawab,
“Kesopanan, kemurahan hati, kesetiaan, ketekunan, dan kebaikan hati”.
Bila kamu berlaku sopan, kamu tidak akan dihina; bila kamu murah hati,
kamu akan memenangkan orang banyak; bila kamu setia, orang lain akan
mempercayaimu; bila kamu tekun, kamu akan berhasil; dan bila kamu
baik hati, kamu akan memimpin orang lain.” (Lunyu XVIII:6)
Buku Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Luar
Biasa Kelas X Tunadaksa dan Tunanetra ditulis dengan semangat itu.
Pembelajarannya dibagi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang harus
dilakukan peserta didik dalam usaha memahami pengetahuan agamanya
dan diaktualisasikan dalam tindakan nyata dan sikap keseharian.
- Format:PDF
- Pages:69 pages
- File Size:6.13 MB
- Publication Date:06 Oct 2024
- ISBN:-
- Bahasa:Indonesia