Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerjasama /
Dosen Program Studi Pendidikan Khsusus Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
Puji dan Syukur senantiasa dipanjatkan ke hadhirat Allah SWT, Karena atas limpahan rahmat dan kasih sayangNya, kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk berbuat kebaikan bagi alam semesta.
Tidak semua manusia dilahirkan atau tumbuh dengan indera yang sempurna, diantaranya ada yang ditakdirkan terlahir atau tumbuh dengan hambatan pendengaran, Hambatan pendengaran yang meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, berat dan sangat berat yang dalam hal ini di kelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu tuli dan kurang dengar, keadaan ini walaupun telah diberikan alat bantu mendengar apabila tidak mendapatkan layanan Pendidikan yang baik akan memunculkan berbagai permasalahan, antara lain masalah dalam komunikasi , yaitu hambatan dalam berkomunikasi dengan dan di antara para tunarungu serta masyarakat lain di lingkungannya. Lebih berat lagi apabila seseorang menderita tunarungu sejak lahir, ia tidak mungkin mengembangkan kemampuan berbahasanya secara alami, dan apabila tidak diintervensi sedini mungkin, maka masa pemerolehan Bahasa sebagaimana yang terjadi pada anak mendengar tidak akan terlewati, akhirnya menjadi miskin bahasa dan komunikasi. Kemiskinan berbahasa dan komunikasi akan berdampak kepada permasalahan kognitif, social, kepribadian, bahkan Pendidikan, dan kehidupannya di kemudian hari.
Untuk itu sedini mungkin tunarungu harus mendapat layanan untuk pengembangan komunikasi. Komunikasi meliputi komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi berbentuk lisan atau tulisan, komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang bukan lisan atau tulisan. Salah satu media komunikasi nonverbal adalah isyarat. Dalam berbagai kajian media komunikasi nonverbal untuk kaum tunarungu dapat berupa bahasa isyarat maupun isyarat bahasa.
Saya menyambut baik apa yang telah diupayakan oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menegah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mengembangkan atau mendigitalisasi Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). Di era digital ini digitalisasi SIBI akan sangat membantu kaum tunarungu khususnya pada Pendidikan khusus untuk anak tunarunguu dalam mengembangkan kemampuan komunikasinya.
Isyarat sebagai salah satu komponen komunikasi kaum tunarungu perlu terus dikaji dan dikembangkan dan diajarkan kepada kaum tunarungu, walaupun media komunikasi non verbal ini tidak sebaik media komunikasi verbal sebagai anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa.
Salah satu kelemahan media komunikasi non verbal adalah tidak dapat menggantikan sebagian aspek fonologis dan morfologis dalam bahasa. Dalam kajian fonologis meliput fonem segmental dan suprasegmental. Fonem segmental berupa konsonan dan vocal dapat digantikan dengan ejaan jari, tetapi fonem suprasegmental yang berwujud irama, intonasi tekanan, dan jeda yang akan menentukan terbentuknya makna tidak sepenuhnya dapat digantikan dengan media komunikasi nonverbal isyarat. Dari sisi morfologis dikenal istilah alomorf, yaitu variasi dari morfem tak bebas, seperti awalan/ber/dapat bervariasai menjadi /bel/ dan /be/, awalan /me/ bervariasai menjadi /meny/,/meng/,dan/men, demikian juga awalan awalan per dapat bervariasai menjadi /pel/,/pen/,/peny/,dan /peng, dalam bahasa Indonesia media komunikasi non verbal isyarat tidak dapat menggantikan alomorf tersebut. Sebagai contoh, awalan /ber/ dalam tindak berbahasa akan dapat berwujud /bel/ jika bertemu dengan morfem /ajar/ menjadi /belajar/, berwujud /be/ jika bertemu dengan morfem /kerja/ menjadi /bekerja/, dan /ber/ itu sendiri apabila bertemu morfem / main/ menjadi /bermain/. Demikian juga opada variasi awalan yang lain.
SIBI yang dikembangkan sebagai suatu mendia komunikasi nonverbal yang bersifat strukutral, artinya tidak hanya kosa isyarat dasar tetapi juga termasuk imbuhan, itu saja tidak dapat menggantikan keunggulan bahasa lisan, apalagi isyarat yang tidak disertai dengan imbuhan.
Oleh karena itu dalam pengembangan komunikasi bagi kaum tunarungu hendaknya memberikan akses yang seluas-luasnya untuk berbagai macam bentuk komunikasi baik verbal maupun nonverbal agar kaum tunarungu memiliki kompetensi komunikasi yang baik. Dengan memiliki kompetensi komunikasi yang baik akan memudahkan baik kaum tunarungu untuk mengakses berbagai informasi baik dalam dunia Pendidikan maupun diluar dunia Pendidikan.
Semoga digitalisasi SIBI ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempermudah dan mempercepat perningkatan kompetensi komunikasi tunarungu, yang nantinya dapat digunakan oleh pendidik, orangtua, masyarakat untuk disandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, sehingga pengembangan komunikasi bagi kaum tunarungu menjadi semakin efsien dan efektif.
Jakarta, 30 Desember 2020
Dr. Totok Bintoro, M.Pd
Anggota Penyusun Kamus SIBI
|