Terapkan P5, Lewat Wayang Golek hingga Ajak Siswa Blusukan ke Kebun Singkong

ADMIN Jum'at, 19 May 2023 Merdeka Belajar 175

Jakarta:  Taman Kanak-Kanak Cikal Cahaya menerapkan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebagai bagian dari Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).   Profil Pelajar Pancasila merupakan sejumlah ciri karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.

Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi dan beberapa elemen di dalamnya.  Keenam dimensi tersebut adalah Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia , berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.

 Kepala Sekolah TK Cikal Cahaya, Riyanti Vitriyana mengatakan, Cikal Cahaya menerapkan metode 'satu semester, satu dimensi P5'.  Di salah satu semester misalnya, Cikal Cahaya menerapkan tema Aku Cinta Indonesia melalui pengajaran mencintai budaya Sunda lewat program "Aku Cinta Sunda".

 "Kenapa kita mengangkat itu, karena permasalahan di kita sekarang ini, meski siswa tinggal di Jawa Barat, namun tidak bisa berbahasa sunda. tidak paham bahasanya, kulturnya.  Dengan proses 'Aku Cinta Sunda' ini, mulai dari pengenalan budayanya, makanannya, bahasa, teknologi kita bisa kemas semuanya ke dalam materi tersebut," beber Riyanti kepada Medcom.id, Senin, 15 Mei 2023.

Belajar Sambil Bermain di Kebun Singkong

Tidak sekadar teori, TK yang terletak di kecamatan Sukaraja, kabupaten Bogor ini juga tidak segan-segan mengajak peserta didik terjun langsung ke lapangan, di antaranya adalah turun ke kebun singkong.  "Di kebun singkong itu luar biasa, ada sains, literasi, numerasi, dan macam-macam. Kenapa kebun singkong? Karena daerah sini itu kebanyakan petani singkong. Sehingga mereka juga sekaligus harus tahu kebudayaan lokal mereka," ucap Riyanti.

Tak berhenti di situ, setelah dari kebun singkong, siswa juga diajak mengenal proses pengolahannya.  Peserta didik diajak ke sentra pembuatan keripik singkong yang ada di sekitar sekolah.

 "Siswa diajak mengeksplorasi. Setelah mengeksplorasi mereka mengajak orang tua untuk membuat sesuatu dari singkong juga yang hasilnya dibawa ke sekolah. Kemudian mereka pamerkan, ini loh hasil karya saya bersama mama, misalnya," tutur Riyanti.

 Selain makanan, peserta didik juga dikenalkan dengan kesenian Sunda, salah satunya wayang golek dengan tokoh seperti si Cepot dan si Petruk.  "Itu mereka yang tadinya tidak bisa bahasa Sunda sama sekali, kini mereka bisa menjadi seorang dalang wayang show, mereka juga lancar menggunakan bahasa Sunda," katanya

 Wayang show itu pun kerap ditampilkan di hadapan orang tua hingga pejabat desa setempat. "Itu cara bagaimana TK Cikal Cahaya bisa menampilkan kebudayaan Sunda yang sudah lama ditinggalkan, karena kebanyakan anak TK sudah tidak kenal bahasa Sunda," imbuhnya.

Implementasi Kurikulum Merdeka

TK Cikal Cahaya adalah sekolah percontohan yang sudah dua tahun terakhir menerapkan Kurikulum Merdeka. Sebelum menjadi sekolah percontohan, sekolah ini mendapat berbagai pelatihan agar dapat memberi pengimbasan yang baik bagi sekolah, gugus maupun kecamatan sekitar.

 

Setelah sekolahnya mendapat pelatihan dan lolos seleksi sebagai Sekolah Penggerak, barulah Riyanti semakin percaya diri menjalankan amanah untuk mengimbaskan praktik baik pembelajaran kepada TK lainnya.

 

“Proses pengimbasan diawali dengan sosialisasi kepada kepala sekolah sekitar, kami ajarkan pula bagaimana memanfaatkan platform Merdeka Mengajar, bagaimana cara membuat dan mendapat akunnya. Peserta terlihat antusias dan mau mencoba dengan semangat,” ungkap Riyanti.

 

Besarnya manfaat yang dirasakan orang tua atas mutu pembelajaran meningkatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar. Salah satunya terlihat dari terus meningkatnya jumlah calon peserta didik di setiap tahunnya.

 

Model pembelajaran yang diterapkan di sekolah terdiri atas 50 persen di dalam ruangan, 50 persen di luar ruangan. Sebelum masuk kelas, siswa diajak untuk berolah raga ringan.

 

“Sekolah kami tahun ini memiliki 120 orang siswa yang diajar oleh 14 orang guru. Ada tiga kelas untuk kelas A, empat kelas untuk TK B, dan satu kelas untuk kelompok bermain. Sementara untuk sarana dan prasarana terus ditingkatkan pengadaannya guna menunjang proses belajar,” ucapnya.

Kolaborasi dengan Orang Tua

Dalam kesempatan yang sama, Perwakilan Komite TK Cikal Cahaya, Mawar menyampaikan apresiasi dan dukungan kepada sekolah. Menurut Mawar, kolaborasi antara sekolah dan orang tua dalam mendukung proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh alur komunikasi yang baik dan lancar.

 

“Sekolah mau mendengar masukan dari orang tua, jika ada masalah diselesaikan secara musyawarah untuk mendapat win win solution. Itulah alasan mengapa dengan senang hati orang tua di sini mau membantu dan terlibat dalam berbagai kegiatan sekolah,” ungkap Mawar.

 

Penilik sekolah dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor, Ayo Mustaro, yang turut hadir mendampingi kegiatan kunjungan Kemendikbudristek di TK Cikal Cahaya menyampaikan apresiasi atas kehadiran Kemendikbudristek. Dinas Pendidika, kata Mustaro, senantiasa mendukung IKM dengan memberi pelatihan kepada kepala sekolah supaya lebih siap dalam menerapkan pembelajaran.

 

“Ada 84 penilik di Kabupaten Bogor dan semuanya aktif membantu memberi penyuluhan dan pelatihan bagi 96 lembaga pendidikan,” sebutnya.