Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) membuka
kebermanfaatan mahasiswa lebih luas di segala bidang. Diharapkan, Perguruan
tinggi nantinya bisa beradaptasi terhadap skema pembelajaran mahasiswa yang
lebih fleksibel ini.
Ketua Pusat Pengembangan Merdeka Belajar Kampus Merdeka Universitas Tadulako, Anang Wahid mengatakan, pihaknya mendukung fleksibilitas yang dibawa MBKM. Meski begitu, pihaknya tetap akan menyiapkan sebuah alat ukur bagi terhadap program MBKM yang ditempuh mahasiswa. Langkah ini dimaksudkan agar kebermanfaatan program sesuai dengan tujuan dan harapan yang dipatok oleh mahasiswa.
"Alat ukur ini kita bentuk lewat monitoring aktivitas mahasiswa. Itu kami kumpulkan menjadi bahan evaluasi. Termasuk alat ukur agar sistem rekognisi sesuai dengan 20 sks," ujar Anang di Universitas Tadulako, Palu, Rabu (10/5).
Setiap aktivitas MBKM tidak dilakukan oleh mahasiswa pun juga akan diukur oleh mitra kolaborasi dari Universitas Tadulako. Misalkan, jika mahasiswa ikut program Magang Bersertifikat, maka ukuran evaluasi pun juga akan disampaikan oleh pihak industri tempat mahasiswa menjalani magang.
"Evaluasi dari mitra ini juga akan menjadi barometer keberhasilan program. Kalaupun ada hal yang kurang, itu akan disampaikan ke mahasiswa untuk kemudian diperbaiki," tuturnya. Anang juga memastikan, pihaknya juga akan menjaga transparansi Rekognisi 20 sks yang nantinya menjadi sks pengganti program. Kesiapan pun telah dilakukan sejak tahun lalu.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Universitas Tadulako, Andi Rusdin, pun menegaskan bahwa evaluasi dari partisipasi mahasiswa dalam program MBKM pun dilakukan secara berkala. Apalagi, penyampaian hasil dari keikutsertaan mahasiswa dalam program MBKM akan sangat penting guna mengkonversi kegiatan menjadi poin pemenuhan sks."Di Akhir biasanya kami minta mahasiswa melakukan presentasi dalam bentuk seminar atau workshop. Supaya pengalaman dan ilmu apa yang diambil mahasiswa dari program MBKM bisa terjabarkan,"