Pembelajaran bagi Peserta Didik Dengan Penyandang Disabilitas (PDBK) selayaknya dapat mengakomodasi dan memfasilitasi hambatan, potensi dan kebutuhan yang beragam antara perbedaan peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Pembelajaran pada Pendidikan khusus dirancang sebaiknya sefleksibel mungkin agar dapat dengan mudah dipahami dan di implementasi sehingga berdaya guna. Materi pembelajaran bagi yang dibutuhkan peserta didik dengan penyandang disabilitas bukan hanya bidang akademik, akan tetapi tenaga Pendidikan perlu merancang materi atau pengetahuan yang bermakna di kehidupan kemandirian mereka secara fungsional. Metode pembelajaran yang dilaksanakan di kelas hendaknya juga bervariatif, dan menyenangkan. Sehingga peserta didik tidak menerima materi atau pengetahuan dan mengimplementasikannya dengan riang gembira.
Pembelajaran telah berlangsung sejak 2012 pada Sekolah Luar Biasa (SLB) Matahati, Banyuwangi. Dengan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik serta mengaitkan akademik materi dengan fungsional alamiah pada akitivitas pembelajaran telah menjadi model semenjak Kurikulum Merdeka di terapkan pada SLB Matahati, Banyuwangi. Prinsip penerapan pembelajaran adalah Peningkatan kemampuan Perkembangan kognisi, fisik, sensori dan motorik, sosial dan emosional dengan strategi pembelajaran langsung melalui kegiatan-kegiatan keseharian alamiah yang berfungsi pada kemandirian peserta didik kelak.
Rangkaian aktivitas pembelajaran dimulai dari masuk ke kelas dengan mengenali aksesibilitas sekitar selasar menuju masuk kelas, peserta didik tuna netra disambut oleh guru pendamping, aktivitas diawali dengan memegang handling dan berjalan sambil menapaki guiding block arah selasar dan guru mengenalkan sesuatu yang peserta didik sentuh, sambil mengarahkan ke kelas. Hal tersebut bagian dari orientasi mobilitas bagi peserta didik tunanetra. Dan kemudian Pembelajaran pun dimulai dengan lingkaran pagi.
Pada lingkaran pagi ini, peserta didik yang terdiri dari 5 (lima) anak dengan ketunaan yang berbeda – beda antara lain, autis, tuna netra dan tunagrahita duduk secara melingkar sambil bernyanyi. Mereka pun saling memperkenalkan diri dan bercerita terkait perasaan gembira dan pesan yang akan disampaikan kepada teman sebayanya. Teman yang berceritanya pun menunjuk teman lainnya untuk bergantikan melakukan hal yang sama. Hal tersebut dilakukan sebagai memantik suasana hati peserta didik agar termotivasi untuk memperoleh pembelajaran di kelas. Pelaksanaan pembelajaran pada kelas lainnya disiang hari dilakukan secara beragam, pada kelas pada jenjang tinggi, akan mempelajari proses pertumbuhan tanaman hias, pada pembelajaran ini Peserta didik sambil mempelajarai ilmu pengetahuan alam.
Pada kelas lainnya mempelajari bidang ruang dengan metode fungsional alamiah. Aktivitas yang dibangun diawali dari berbelanja kebutuhan untuk materi bangun ruang di pasar bersama guru, dan pada jadwal praktiknya peserta didik menyusun menu roti bakar sesuai nomor urut angka dan satuannya dan peserta didik mempraktikkan proses membakar roti, mengolah roti dan melipatnya. Pada aktivitas tersebut, guru sambil memberikan materi terkait bangun ruang kotak dan segitiga dan belajar matematika secara alamiah-natural, belajar bersosialisasi dengan pemilik warung, belajar jual – beli- berkomunikasi dengan praktik langsung pada lokasi sumbernya. Peserta didik lebih mudah memahami pembelajaran karena fungsional dan bermakna bagi mereka melalui metode tersebut guru dapat memahamkan konsep akademik secara praktik fungsional dalam berkehidupan sehingga dapat membangun kebiasaan baik, nilai, moral tanpa paksaan pemahaman akademik materi karena dilakukan secara menyenangkan.
Aktivitas kegiatan pembelajaran fungsional diatas dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup di lingkungan masyarakat yang membutuhkan kompetensi adaptif dalam menghadapi tantangan. Pembelajaran Akademik fungsional Alamiah bagi peserta didik penyandang disabilitas penting didapatkan pada satuan Pendidikan dengan harapan, makna yang didapat dapat mempersiapkan mereka untuk bisa hidup secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan kemandiriannya.“Sehingga hambatan yang dimiliki peserta didik setidaknya tidak berkembang lebih besar yang dapat memperburuk keadaan dan menghambat keberdayaan peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat “, ucap ibu umi guru SLB Matahati.
Siti Fatimul Khusnah, kepala SLB Matahari di Banyuwangi, bersama Kurikulum Merdeka pelaksaaan pembelajaran berdiferensiasi berbasis akademik fungsional ini dapat meningkatkan pemahaman pengetahuan akademik dengan penuh pengalaman aktivitas belajar dari segala sumber didalam maupun diluar kelas (in door maupun outdoor). Pengalaman tersebut membentuk perkembangan peserta didik sesuai sesuai fitrahnya kehidupan bermasyarakat. Adapun Keberhasilan proses pembelajaran akademik fungsional ini, para guru berharap dapat menjadi kebiasaan baik peserta didik di rumah dalam kegiatan sehari-hari. Kebiasaan baik dirumah sambil dikuatkan dengan membangun komunikasi dua arah dengan orang tua sehingga dapat memupuk peran, tanggung jawab, serta kemandirian peserta didik penyandang disabilitas dalam bersosialisasi dalam masyarakat
Artikel ini ditulis oleh: Mursalat